Sepi

Standar

Dalam dekapan kehangatan ini ku rasakan sudah ruh yang tak kuasa menahan riuhnya suara teriakan angin malam.
betapa rapuhnya pondasi kaki kaki ini,sedari dulu pun hanya diikatkan dengan sehelai benang kusut yg kau rapihkan hingga menjadi kokoh.
Sejatinya!
ku hanya menunggu kapan ku bisa mengganti irama dentuman sang waktu,hingga ku terlelap pada pulasnya tidurku.

Benar!
Lantunan hewan malam menjadi kawanku berbisik lirih dalam hati.
Benar!
Tersirat saja benak kau tepuk bahu yg hanyut dalam cahaya kunang-kunang ini.
Tanya, hanya tiupan segorombolan angin saja yang menusuk masuk kedalam ragaku.

Warna jiwa yg dilukiskan oleh gemulai jemarimu pun kuingat!
biru awan nan megah pun menghiasi lembar demi lembar lukisanmu dan lama kelamaan menjadi buram!
ku carikan penawar,samar pun tak ku hadang ,lari entah menghilang bagai pasir putih yang terseok oleh ombak.

Resah tak kuasa, kemana kau hilangkan warna ku.