kami sebut *SMA*

Standar

sajak lama menghantarkan kami pada asa jagat ruang ini.
nyata,kami bagai lirih tak senada yang menjadi klasik.
bebas lepas kendali masa itu,lebam penuh keriangan bagai merpati hendak mengudara.
hingga pada detik rintihan sang waktu mengguncang pena dan pakaian kami.
enggan kami lepas pakaian ini meskipun kusam,beribu kisah kami sandingkan.
pena hitam menjadi saksi bisu,betapa mereka pun tertawa melihat kisah kami.sekalipun tarian dayu pena mengotori ruangan lembab tempat kami bernaung menjadi satu,dan menjadi elegi pada kisah sajak ini.

dedicate for XD,XI ips3,XII ips 2.

20/04/11 22:42

Sepi

Standar

Dalam dekapan kehangatan ini ku rasakan sudah ruh yang tak kuasa menahan riuhnya suara teriakan angin malam.
betapa rapuhnya pondasi kaki kaki ini,sedari dulu pun hanya diikatkan dengan sehelai benang kusut yg kau rapihkan hingga menjadi kokoh.
Sejatinya!
ku hanya menunggu kapan ku bisa mengganti irama dentuman sang waktu,hingga ku terlelap pada pulasnya tidurku.

Benar!
Lantunan hewan malam menjadi kawanku berbisik lirih dalam hati.
Benar!
Tersirat saja benak kau tepuk bahu yg hanyut dalam cahaya kunang-kunang ini.
Tanya, hanya tiupan segorombolan angin saja yang menusuk masuk kedalam ragaku.

Warna jiwa yg dilukiskan oleh gemulai jemarimu pun kuingat!
biru awan nan megah pun menghiasi lembar demi lembar lukisanmu dan lama kelamaan menjadi buram!
ku carikan penawar,samar pun tak ku hadang ,lari entah menghilang bagai pasir putih yang terseok oleh ombak.

Resah tak kuasa, kemana kau hilangkan warna ku.

Raga Pagi

Standar

RAGA PAGI

Terungkapnya surya pada hela nafas senja yang tergugah pada kesunyian embun pagi membuat jawatnya pelupuk mata ini untuk menemani kicauan cendrawasih.

Indah !

Di jendela yang ternganga ku lihat gunung menjulang menggugah kharisma.

Indah !

Percikan air bagai nada riang yang menyelimuti kehangatan surya di jejak kaki hampa.

Begitu indah bumi yang ku pijak,berikan harapan pada songsongan tanganku pada terbitnya mentari serentak.

Seraya tak ada lagi asa ganjil pada kokohnya jiwa ini.

15/07/2011 10:17

Agung Kurniadi Permana

BANDUNG,INDONESIA.

Kaum Hawa

Standar

KAUM HAWA
Terurainya rambut yang kau sanggul itu bagai sehelai mawar merah merona.
Indah mawar kau kepal dengan kuasanya jemari lentik nan elok,bagai putri bermahkota kan berlian berlampion emas.
Jawatnya kedua bola matamu menggambarkan betapa indahnya nirmana di hangatnya surya ketika kami membuka pijakan atas langkah yang mengiringi.
Entah!
Apa kuasanya kami,menahan guyuran gerimis yang kau dekap penuh ketabahan?tubuh renta,menggigil ini pun sesungguhnya tidak! kau terlalu kokoh!
Peluk hangat pelangi pada matamu,jadikan air bah yang menghanyutkan keganasan rimba dalam ruh tulang ini.
Jadikanlah air bah menjadi sebuah muara kecil mengalir, bernanung dalam suatu genggaman lengan mu yang menjadi sebuah selimut surga menghangatkan mata,hati dan,otak kami pada ke naif’an dan ke fana’an.

Jumaat 2503
12:16

AGUNG KURNIADI PERMANA BANDUNG,INDONESIA.